it's my world

Sabtu, 26 Januari 2013

KETIKA SUAMI PULANG MALAM


Malam itu Setelah hujan lebat mengguyur Jakarta, gerimis masih turun. Saya pacu motor dengan cepat dari kantor disekitar Blok-M menuju rumah di Cimanggis-Depok. Kerja penuh seharian membuat saya amat lelah hingga di sekitar daerah Cijantung mata saya sudah benar-benar tidak bisa dibuka lagi. Saya kehilangan konsentrasi dan membuat saya menghentikan motor dan melepas kepenatan di sebuah shelter bis di seberang Mal Cijantung. Saya lihat jam sudah menunjukan pukul 10.25 malam.

Keadaan jalan sudah lumayan sepi. Saya telpon isteri saya kalau saya mungkin agak terlambat dan saya katakan alasan saya berhenti sejenak.

Setelah saya selesai menelpon baru saya menyadari kalau disebelah saya ada seorang ibu muda memeluk seorang anak lelaki kecil berusia sekitar 2 tahun. Tampak jelas sekali mereka kedinginan. Saya terus memperhatikannya dan tanpa terasa airmata saya berlinang dan teringat anak saya (Naufal) yang baru berusia 14 bulan. Pikiran saya terbawa dan berandai-andai, "Bagaimana jadinya jika yang berada disitu adalah isteri dan anak saya?"

Tanpa berlama-lama saya dekati mereka dan saya berusaha menyapanya. " Ibu,ibu,kalau mau ibu boleh ambil jaket saya, mungkin sedikit kotor tapi masih kering. Paling tidak anak ibu tidak kedinginan" Saya segera membuka raincoat dan jaket saya, dan langsung saya berikan jaket saya.

Tanpa bicara, ibu tersebut tidak menolak dan langsung meraih jaket saya. Pada saat itu saya baru sadar bahwa anak lelakinya benar-benar kedinginan dan giginya bergemeletuk.

"Tunggu sebentar disini bu!" pinta saya. Saya lari ke tukang jamu yang tidak jauh dari shelter itu dan saya meminta air putih hangat padanya. an Alhamdulillah, saya justeru mendapatkan teh manis hangat dari tukang jamu tersebut dan segera saya kembali memberikannya kepada ibu tersebut. "Ini bu,.. kasih ke anak ibu!" selanjutnya mereka meminumnya berdua.

Saya tunggu sejenak sampai mereka selesai. Saya hanya diam memandangi lalu lalang kendaraan yang lewat "Bapak, terima kasih banyak, mau menolong saya" sesaat kemudian ibu tersebut membuka percakapan. Ah, tidak apa-apa, ngomong-ngomong ibu pulang kemana? Tanya saya Saya tinggal di daerah Bintaro tapi...(dia menghentikan bicaranya), Bapak pulang bekerja ? dia balas bertanya.

"Ya" jawab saya singkat.

"Kenapa sampai larut malam pak, memangnya anak isteri bapak tidak menunggu? Tanyanya lagi. Saya diam sejenak karena agak terkejut dengan pertanyaannya.

"Terus terang bu, sebenarnya selama ini saya merasa bersalah karena terlalu sering meninggalkan mereka berdua. Tapi mau bilang apa, masa depan mereka adalah bagian dari tanggung jawab saya. Saya hanya berharap semoga Allah terus menjaga mereka ketika saya pergi." Mendengar jawaban saya si ibu terisak, saya jadi serba salah. "Bu, maafkan saya kalau saya salah omong.

Pak kalau boleh saya minta uang seratus ribu, kalau bapak berkenan? Pintanya dengan sedih dan sopan. Airmatanya berlinang sambil mengencangkan pelukan ke anak lelakinya.

Karena perasaan bersalah, saya segera keluarkan uang limapuluh-ribuan 2 lembar dan saya berikan padanya. Dia berusaha meraih dan ingin mencium tangan saya, tetapi cepat-cepat saya lepaskan. "ya sudah, ibu ambil saja, tidak usah dipikirkan!" saya berusaha menjelaskannya. "Pak kalau jas hujannya saya pakai bagaimana? Badan saya juga benar-benar kedinginan dan kasihan anak saya" kembali ibu tersebut bertanya dan sekarang membuat saya heran. Saya bingung untuk menjawabnya dan juga ragu memberikannya. Pikiran saya mulai bertanya-tanya, Apakah ibu ini berusaha memeras saya dengan apa yang ditampilkannya di hadapan saya? tapi saya entah mengapa saya benar-benar harus meng-ikhlas-kannya. Maka saya berikan raincoat saya dan kali ini saya hanya tersenyum tidak berkata sepatahpun.

Tiba tiba anaknya menangis dan semakin lama semakin kencang. Ibu tersebut sangat berusaha menghiburnya dan saya benar-benar bingung sekarang harus berbuat apa? Saya keluarkan handphone saya dan saya pinjamkan pada anak tersebut. Dia sedikit terhibur dengan handphone tersebut, mungkin karena lampunya yang menyala. Saya biarkan ibu tersebut menghibur anaknya memainkan handphone saya. Sementara itu saya berjalan agak menjauh dari mereka. Badan dan pikiran yang sudah lelah membuat saya benar-benar kembali tidak dapat berkonsentrasi. Mungkin sekitar 10 menit saya hanya diam di shelter tersebut memandangi lalu lalang kendaraan. Kemudian saya putuskan untuk segera pulang dan meninggalkan ibu dan anaknya tersebut. Saya ambil helm dan saya nyalakan motor, saya pamit dan memohon maaf kalau tidak bisa menemaninya. Saya jelaskan kalau isteri dan anak saya sudah menunggu dirumah. Ibu itu tersenyum dan mengucapkan terima kasih kepada saya.

Dia meminta no telpon rumah saya dan saya tidak menjawabnya, saya benar-benar lelah sekali dan saya berikan saja kartu nama saya. Sesaat kemudian saya lanjutkan perjalanan saya.

Saya hanya diam dan konsentrasi pada jalan yang saya lalui. Udara benar-benar terasa dingin apalagi saat itu saya tidak lagi mengenakan jaket dan raincoat ditambah gerimis kecil sepanjang jalan. Dan ketika sampai di depan garasi dan saya ingin menelpon memberitahukan ke isteri saya kalau saya sudah di depan rumah saya baru sadar kalau handphone saya tertinggal dan masih berada di tangan anak tadi. Saya benar-benar kesal dengan kebodohan saya. Sampai di dalam rumah saya berusaha menghubungi nomor handphone saya tapi hanya terdengar nada handphone dimatikan. "Gila.Saya benar-benar goblok, tidak lebih dari 30 menit saya kehilangan handphone dan semua didalamnya" dengan suara tinggi, saya katakan itu kepada isteri saya dan dia agak tekejut mendengarnya. Selanjutnya saya ceritakan pengalaman saya kepadanya. Isteri saya berusaha menghibur saya dan mengajak saya agar meng-ikhlaskan semuanya. "Mungkin Allah memang menggariskan jalan seperti ini. Sudahlah sana mandi dan shalat dulu, kalau perlu tambah shalat shunah-nya biar bisa lebih ikhlas" dia menjelaskan. Saya segera melakukannya dan tidur.

Keesokan paginya saya terpaksa berangkat kerja membawa mobil padahal hal ini, tidak terlalu saya suka. Saya selalu merasa banyak waktu terbuang jika bekerja membawa mobil ketimbang naik motor yang bisa lebih cepat mengatasi kemacetan. Kalaupun saya bawa motor saya khawatir hujan karena kebetulan saya tidak ada cadangan jaket dan raincoat juga sudah saya berikan kepada ibu dan anak tadi malam. Setelah mengantar isteri yang kerja di salah satu bank swasta di sekitar depok saya langsung menuju kantor tetapi pikiran saya terus melanglang buana terhadap kejadian tadi malam. Saya belum bisa benar-benar meng-ikhlaskan kejadian tadi malam bahkan sesekali saya mengumpat dan mencaci ibu dan anak tersebut didalam hati karena telah menipu saya.

Sampai di kantor, saya kaget melihat sebuah bungkusan besar diselimuti kertas kado dan pita berada di atas meja kerja saya. Saya tanya ke office boy, siapa yang mengantar barang tersebut. Dia hanya menjawab dengan tersenyum kalau yang mengantar adalah supirnya ibu yang tadi malam, katanya bapak kenal dengannya setelah pertemuan semalam bahkan dia menambahkan kelihatannya dari orang berada karena mobilnya mercy yang bagus.

"Bapak selingkuh ya, pagi-pagi sudah dapat hadiah dari perempuan ? tanyanya sedikit bercanda kepada saya. Saya hanya tersenyum dan saya menanyakan apakah dia ingat plat nomor mobil orang tersebut, office boy tersebut hanya menggelengkan kepala..

Segera saya buka kotak tersebut dan "Ya Allah, semua milik saya kembali. Jaket, raincoat, handphone, kartu nama dan uangnya. Yang membuat saya terkejut adalah uang yang dikembalikan sebesar 2 juta rupiah jauh melebihi uang yang saya berikan kepadanya. Dan juga selembar kertas yang tertulis ;

" Pak, terima kasih banyak atas pertolongannya tadi malam. Ini saya kembalikan semua yang saya pinjam dan maafkan jika saya tidak sopan. Kemarin itu saya sudah tidak tahan dan mencoba lari dari rumah setelah saya bertengkar hebat dengan suami saya karena beliau sering terlambat pulang ke rumah dengan alasan pekerjaan. Bodohnya, dompet saya hilang setelah saya berjalan-jalan dengan anak saya di Mall Cijantung. Sebenarnya saya semalam ingin melanjutkan perjalanan ke rumah kakak saya di depok, tetapi saya jadi bingung karena tidak ada lagi uang untuk ongkos makanya saya hanya berdiam di hlate bis itu. Setelah saya bertemu dan melihat bapak tadi malam, saya baru menyadari bahwa apa yang suami saya lakukan adalah demi cinta dan masa depan isteri dan anaknya juga. Salam dari suami saya untuk bapak. Salam juga dari kami sekeluarga untuk anak-isteri bapak di rumah. Suami saya berharap, biarlah bapak tidak mengetahui identitas kami dan biarlah menjadi pelajaran kami berdua . Oh ya, maaf handphone bapak terbawa dan saya juga lupa mengembalikannya tadi malam karena saya sedang larut dalam kesedihan. Terima kasih.

Segera saya telpon isteri saya dan saya ceritakan semua yang ada dihadapan saya. Isteri saya merasa bersyukur dan meminta agar semua uangnya diserahkan saja ke mesjid terdekat sebagai amal ibadah keluarga tersebut dan keluarga kita.


Ya……semuanya itu harus kita pahami bahwa mereka semua itu adalah petugas-petugas pembersih harta kita, kendati seringkali kita memberikan sedekah kepada mereka itu dengan sedikit terpaksa, tapi ketahuilah sebuah kewajiban yang kita lakukan baik dengan suka rela atau terpaksa Allah SWT tetap membalsnya dengan berlipat. Artinya kalo kita ketemu mereka yakinlah bahwa pasti masih ada harta kita yang masih belum bersih, so….sediakan selalu uang sedekah walau itu kecil

Kisah diatas adalah sebuah contoh bahwa sang Suami tersebut belum bisa ikhlash dalam bersedekah, tapi Allah ternyata maha cepat balasan kebaikannya, Allah menggerakkan hati si Ibu untuk mengucapkan terima kasihnya dalam bentuk yang lebih baik dari apa yang telah diterimanya.


Nabi SAW bersabda : “Sesungguhnya, meskipun engkau memberikan nafkah kepada keluargamu sendiri, engkau tetap memperoleh pahala, sampai sekerat makanan yang engkau suapkan ke mulut istrimu.” (HR. Bukhari )

dari Abu Hurairah juga diriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda : “Satu dinar yang engkau nafkahkan di jalan Allah, satu dinar yang engkau keluarkan untuk membebaskan budak, satu dinar yang engkau berikan kepada fakir miskin, dan satu dinar yang engkau berikan sebagai nafkah keluargamu; yang terbaik diantaranya adalah yang engkau berikan sebagai nafkah istrimu.” (HR. Muslim)

Dalam hadist Ka’ab bin Ajizzah juga diriwayatkan bahwa ada seseorang lelaki yang lewat di hadapan Nabi. Para sahabat melihat ada yang menakjubkan pada semangatnya. Mereka bertanya: “Wahai Rasulullah, bagus nian apabila keadaannya itu karena berjuang di jalan Allah?” Rasulullah menanggapi: “kalau ia keluar rumah demi menghidupi anak-anaknya yang masih kecil, berarti ia di jalan Allah; kalau ia keluar rumah untuk menghidupi ayah ibunya yang sudah tua renta, berarti ia di jalan Allah; dan apabila ia keluar rumah demi menghidupi dirinya sendiri agar terpelihara, maka ia juga di jalan Allah. Tetapi kalau ia keluar rumah karena rasa sombong dan membanggakan diri, maka ia berada di jalan Iblis.” (HR. Ath-Thabrani )

MULIA kita dengan MEMBERI, ABADIKAN yang TERSISA dengan SEDEKAH

Jumat, 18 Januari 2013

Kisah Keagungan Muhammad SAW -1 : KEPRIBADIAN MUHAMMAD SAW

kenali Nabi kita yuu teman2 :)

Siapa di antara Kita yang membaca akhlak Muhammad saw., kemudian jiwanya tidak larut, matanya tidak berlinangan dan hatinya tidak bergetar ? Siapa di antara Kita yang mampu menahan emosinya ketika membaca biografi seorang yang sangat dermawan, mulia, lembut dan tawadhu’? Siapa yang mengkaji sirah hidup beliau yang agung, perangai yang mulia dan akhlak yang terpuji, kemudian dia tidak menagis, sembari berikrar, “Saya bersaksi bahwa Engkau adalah utusan Allah.”?

Duhai, kiranya kita mampu melaksanakan cara hidup, cinta dan akhlak yang mulia dari teladan agung dalam kehidupan. Kita bergaul dengan orang lain, lihatlah
Muhammad saw. memperlakukan musuh-musuhnya. Beliau bersabda,


“Sesungguhnya Allah menyuruhku agar menyambung orang yang memutuskanku, memberi bantuan kepada orang yang pernah menahanku, dan memaafkan terhadap orang yang mendzalimiku.”
sekiranya kita memperlakukan saudara seiman kita, minimal sebagaimana Muhammad saw. memperlakukan orang-orang munafik, beliau memaafkan mereka, memintakan ampun terhadap mereka dan menyerahkan rahasia mereka kepada Allah swt.

sekiranya kita memperlakukan anak-anak kita, sebagaimana Muhamamd saw. memperlakukan pembantu dan pekerjanya. Ketika pembantu kecil Muhamamd saw. sedang sakit, beliau. membesuk dan duduk di dekat kepalanya seraya mengajak untuk masuk Islam. Pembantu kecil itu masuk Islam, maka Muhammad gembira seraya berkata, “Segala puji bagi Allah swt yang telah menyelamatkan dirinya dari api neraka.”

“ ketika Seorang Yahudi menagih utang kepada Muhamamd saw. dengan marah-marah, kasar, dan tidak sopan di depan banyak orang. Muhammad saw. tersenyum dan menghadapinya dengan lembut. Tak disangka si Yahudi itu masuk Islam, mengucapkan syahadat, “Saya bersaksi bahwa Engkau utusan Allah.” Karena saya baca di Taurat tentang Engkau, yaitu ketika saya tambah marah, justeru Engkau tambah lembut menghadapiku.” Begitu pengakuan si Yahudi.

sekiranya kita memperlakukan kerabat kita, meskipun mereka berbuat buruk kepada kita, sebagaimana Muhammad saw. memperlakukan kerabat dan kaumnya. Karena kerabat dan kaum Muhamamd saw. menyakitinya, mengusirnya, mengejeknya, menolaknya, memeranginya. Namun, beliau tetap menghadapinya. Ketika beliau menaklukkan Makkah, posisi beliau sebagai pemenang, penentu kebijakan, namun beliau berdiri berpidato mengumumkan bahwa beliau memaafkan semuanya. Sejarah telah mencatat dan momentum telah menjadi saksi dengan sabda beliau,
”Allah telah mengampuni kalian, pergilah, kaliah bebas.”

Sewaktu Penduduk Thaif melempari Muhammad saw. sampai beliau berdarah-darah. Beliau menghapus darah segar yang mengalir dari tubuhnya sambil berdo’a, :
”Ya Allah, ampuni kaumku, karena mereka tidak mengetahui.”

luar bisa, tak ada rasa benci dan dendam sedikitpun terhadap semua orang yang telah menyakitinya, jauh sekali dengan sikap dan perilaku orang-orang yang ‘ mengaku ‘ dirinya ‘ MUJAHID ‘ dan ’ DAI ’ saat ini yang Suka mencaci, mengkafirkan, membid’ahkan, menghakimi bahkan membunuh dengan alasan yang hanya bisa dipahami oleh mereka sendiri, pukul dibalas pukul, sakit dibalas sakit dan bunuh dibalas bunuh memang ada dan dibenarkan di dalam Al-Qur’an, tapi Allah dan Rosulullah lebih menyukai kalo kita mengedepankan kata MAAF, manakah yang harus kita dahulukan EMOSI kita atau Ridho Allah dan RosulNYA ?

Muhammad saw. pernah dicegat oleh seorang Arab badui di tengah jalan, beliau hanya berdiri lama berhadapan, dan tidak berpaling sampai orang badui itu berlalu dengan sendirinya.

Suatu hari Beliau ditanya oleh seorang nenek tua, beliau dengan tekun, hangat dan penuh perhatian menjawab pertanyaannya. Muhamamd saw. juga membawa seorang anak kecil yang berstatus hamba sahaya, beliau menggandeng tanganya mengajak berjalan-jalan.

Muhammad saw. senantiasa menjaga kehormatan seseorang, memuliakan seseorang, melaksanakan hak-hak seseorang. Muhammad saw. tidak pernah mengumpat, menjelekkan, melaknat, menyakiti, dan tidak merendahkan seseorang.

Muhammad saw. ketika hendak menasehati seseorang, beliau berkata, “Kenapa suatu kaum melaksanakan ini dan itu? Artinya, beliau tidak langsung menyalahkan orang tersebut. Beliau bersabda, “Mukmin itu tidak mencela, tidak melaknat dan juga tidak keras perangainya. Beliau juga bersabda, “Sesungguhnya yang paling saya cintai di antara kalian dan paling dekat tempat duduknya dengan saya kelak di hari Kiamat adalah yang paling baik akhlaknya di antara kalian.”

Muhamamd saw. merapikan sandalnya, menjahit bajunya, menyapu rumahnya, memeras susu kambingnya, mendahulukan sahabatnya soal makanan. Muhammad saw tidak suka pujian.

Muhamamd saw sangat peduli terhadap fakir miskin, beliau berdiri membela orang yang terdzalimi, beliau bertandang ke orang papa, menengok orang sakit, mengantarkan jenazah, mengusap kepala anak yatim, santun terhadap perempuan, memuliakan tamu, memberi makan yang lapar, bercanda dengan anak-anak, dan menyayangi binatang.

Suatu ketika para sahabat memberi saran kepada Muhammad saw,
“Tidakkah Engkau membunuh gembong kejahatan, seorang pendosa dan otak munafik, yaitu Abdullah bin Ubai bin Salul? Beliau menjawab, “Tidak, karena manusia nanti mengira bahwa Muhammad telah membunuh sahabatnya.”

Sahabat, Boleh jadi kita telah membaca biografi orang-orang besar, tokoh terkenal, ilmuwan, reformis, mujaddid dan mujahid, namun ketika kita membaca sirah kehidupan Muhammad saw. seakan-akan kita tidak mengenal mereka selain diri Rosulullah SAW, kita tidak mengakui selain dirinya. Tokoh-tokoh itu rasaya kecil di mata kita, hilang dalam ingatan kita, pupus dalam pikiran kita tentu saja tanpa harus menghina mereka karena prestasi dan keberhasilan mereka juga layak kita perhitungkan dan kita contoh.

MULIA kita dengan MEMBERI, ABADIKAN yang TERSISA dengan SEDEKAH

Selasa, 15 Januari 2013

ketika.. semangat naik turun - naik turun

merasakan nya sekarang..
ada apa ini, selalu saja.. semangat pergi saat pekerjaan dan tugas antri untuk segera di tumpaskan
dan akhirnya hanya mengandalkan The Power of Kepepet... Oh God
-_-
kebiasaaaan
harus ada kompor semangat dulu, baru semangat lagi, dan pasti itu pun hanya bertahan beberapa hari, paling banter yaa.. beberapa minggu ( baca:seminggu )
ahahahaha

jiwa.. ayolah
pembiasaan ==> kebiasaan
salah siapa ?
ingat ini kan "at first we make habits, and than habit makes us"
perasaan kamu yang nulis itu di fb deh jiwa..
so.. make a good habit !
naah, itu yang susah, eh jangan dulu bilang susah
belum...! rasa malas selalu mengalah kan ku akhir2 ini (alasan), padahal keinginan begitu menggebu
keinginan tanpa realisasi yaa NIHIL

go go go !!!
harus berubah. ya. berubah.
kalo engga, tunggu saja kehancuran mu lady dee :P
hihihihiihi

ingat yaaa...
JADIKAN ALLOH MOTIVASI AWAL, UTAMA DAN TERBESARMU.
sisanya.. KARENA ALLOH, dan Untuk ALLOH

Semangaat Semangaaat !

Selasa, 01 Januari 2013

buat apa mengeluh ?

Ga ngerti deh sama orang orang deket aku belakangan.. segala di sebutin..
"duuh sakit,, pusing, tadi ga  mau makan "
"huuh berantakan, mana belum ini, belum itu -.- "
dan lain lain dan sebagai nya dan seterusnya :D

Sakit... yaa minum obat, bukan cari penyakit
berantakan.. yaa beresin, bukan cuma di liatin, marah2, omel2in orang lain

beres kan ?
mengungkapkan isi hati memang perlu, tapi yaa jangan yang bikin down diri sendiri lah mba, teh, dik, mas..
mengeluh cuma nambah capek, nambah beban, nambah pusing
masalah tidak selesai, mental jadi down
WTF banget ga sih
lets go, say no to keluh mengeluh >_<